4/17/2011

Keutamaan Shalat Berjamaah

Keutamaan Shalat Berjamaah

Shalat Berjamaah
Sebagaimana telah dikatakan dalam Muqaddimah, banyak orang yang telah melaksanakan shalat, tetapi tidak begitu mementingkan shalat berjamaah. Padahal Rasulullah saw. dengan tegas menyeru kepada manusia agar melakukan shalat berjamaah sebagaimana tegasnya beliau ketika menyuruh mengerjakan shalat.
Bagian ini terdiri dari dua pasal, pasal pertama mengenai pahala shalat berjamaah dan pasal kedua mengenai akibat meninggalkan shalat berjamaah.

Keutamaan Shalat Berjamaah

Hadits ke-1
Abdullah bin Umar r.a. berkata, Rasulullah saw. bersabda, “Shalat dengan berjamaah dua puluh tujuh kali lebih baik daripada shalat sendirian.” (Hr. Malik, Bukhari, Muslim,Tirmidzi dan Nasa’i -At Targhib)
Apabila seseorang melaksanakan shalat dengan niat memperoleh pahala dari Allah Swt, mengapa tidak melaksanakannya dengan cara berjamaah di masjid yang pahalanya dilipatgandakan menjadi dua puluh tujuh kali, atau dua puluh delapan kali. Mengapa kita begitu bodoh dengan melepaskan keun-tungan yang dua puluh tujuh kali lebih besar dengan tambahan usaha sedikit. Tetapi tidak begitu banyak kaum muslimin yang menghiraukan keuntungan-keuntungan yang dijanjikan untuk amalan-amalan agama. Ini bisa terjadi karena kita kurang memperdulikan agama Allah Swt. serta janji-janji-Nya di akhirat. Sayang sekali kita lebih suka bekerja keras untuk mendapatkan keuntungan dunia yang tidak seberapa, sementara kita tidak begitu peduli dengan keuntungan-keuntungan yang akan diperoleh di akhirat nanti. Bah-kan kita menganggap suatu kerugian apabila melaksanakan shalat berjamaah di masjid karena harus menutup toko atau tempat usaha, sehingga akan rugi-lah perdagangan atau pekerjaan kita.

Alasan-alasan seperti ini tidak akan menjadi halangan bagi mereka yang tertanam kebesaran Allah Swt. di dalam hatinya dan meyakini segala firman-Nya, serta menyadari akan berkah dan pahala yang dijanjikan-Nya di akherat.
Mengenai orang-orang seperti ini Allah Swt. berfirman :
“Laki-laki yang tidak dilalaikan oleh perdagangan dan jual beli dari mengingat Allah, mendirikan shalat dan membayar zakat Mereka takut kepada hari ketika hati dan penglihatan berguncang.” (Qs. an Nuur ayat 37)

Dalam kitab Hikayatush Shahabah, pada bab kelima juga telah diterang-kan beberapa kisah tentang perilaku para sahabat apabila mereka mendengar seruan adzan.

Salim Haddad, seorang yang saleh dan pedagang, apabila mendengar seruan adzan wajahnya menjadi pucat dan gelisah. Dia akan segera bangun dan membiarkan tokonya terbuka, lalu membaca syair ini:
Apabila muadzdzin-Mu mengumandangkan adzan
Aku segera bangun menyambut seruan Tuhan Yang Maha Besar
Yang tidak ada yang menyerupai-Nya.
Kujawab seruan itu dengan penuh tawadhu dan gembira,
“Di sini aku wahai Yang Maha Pemurah.”
Wajahku menjadi pucat karena takut, dan menunaikan perintah-Mu serta memalingkan aku dari segala pekerjaan lain.
Aku bersumpah dengan nama-Mu, tidak ada yang lebih kucintai dari
mengingat-Mu.
Tidak ada yang lebih mengasyikanku daripada menyebut nama-Mu yang
manis.
Aduhl Adakah waktu bagi kita bersama? Seorang kekasih hanya ber-
gembira jika berada bersama kekasihnya.
Dia yang matanya telah melihat kecantikan-Mu tidak akan dapat terhibur.
Dia akan mati dengan merindukan-Mu.

Disebutkan dalam sebuah hadits, orang-orang yang selalu pergi ke masjid maka malaikat-malaikat akan menjadi sahabatnya, mengunjunginya apabila sakit dan membantunya dalam segala urusannya.

Hadits ke-2
Abu Hurairah r.a. berkata, Rasulullah saw. bersabda, “Shalatnya seorang lelaki dengan berjamaah itu melebihi shalatnya (sendirian) di rumah atau di pasar sebanyak dua puluh lima kali, yang demikian itu disebabkan kare-na bila dia berwudhu dengan sempurna, kemudian pergi ke masjid dengan tiada tujuan lain kecuali untuk melakukan shalat (berjamaah) semata-mata, maka tiadalah ia melangkah kecuali diangkat kedudukannya satu derajat dan dihapuskan satu dosanya. Dan jika ia shalat, maka para malaikat memohonkan untuknya rahmat selama ia masih berada di tempat shalat itu dalam keadaan tidak berhadats. (para malaikat itu berdoa), Ya Allah, berilah rahmat kepada orang ini dan sayangilah dia.’ Dan orang itu selalu dianggap sedang melakukan shalat, selama menantikan datangnya waktu shalat yang lain.” (Hr. Bukhari, Muslim, Abu Dawud, Tirmidzi, & Ibnu Majah -at Targhib)

Dalam hadits pertama dikatakan keutamaan shalat dengan berjamaah adalah 27 kali lebih utama daripada shalat sendirian, sedangkan hadits ini menyatakan 25 kali lebih utama. Banyak ulama memperbincangkan masalah ini dengan panjang lebar, yang sepertinya bertentangan. Seperti banyak tertulis di dalam beberapa hadits.
Berikut ini adalah beberapa penjelasan dari pendapat mengenai perbedaan tersebut:
Perbedaan antara 25 dan 27 derajat adalah karena perbedaan tingkat keikhlasan dalam diri seseorang.
Dalam shalat sirri (Zhuhur dan Ashar) adalah 25 derajat, dan pada shalat jihri (Shubuh, Maghrib dan Isya) adalah 27 derajat, karena dalam shalat Shubuh, Maghrib dan Isya terasa lebih berat.
Pada shalat Shubuh dan Isya karena pengorbanannya sedikit lebih berat untuk pergi berjamaah akibat dingin dan gelap, maka pahalanya 27 derajat dibandingkan dengan shalat fardhu lainnya yang 25 derajat.
Sebagian ahli tafsir menulis bahwa ini merupakan ganjaran Allah Swt. kepada umat Muhammad saw..
Pada mulanya adalah 25 derajat tetapi setelah itu (karena anugerah Allah kepada umat Muhammad) ditambahkan pahalanya menjadi 27 derajat.

Ada lagi penjelasan bahwa dalam hadits yang menerangkan pahala dua puluh lima itu bukan sebagai tambahan tetapi pelipatgandaan menjadi dua puluh lima kali. Sehingga hitungannya dapat menghasilkan 33.554.432 derajat. Betapa besar Rahmat dari Allah Swt. yang telah memberikan pahala begitu banyak. Namun jika satu shalat saja ditinggalkan maka dosanya adalah satu huqub. Sebagaimana yang telah di jelaskan dalam bab sebelumnya. Maka tidak mustahil jika pahala shalat pun dapat mencapai jumlah sebanyak itu. Kemudian Rasulullah saw. menjelaskan mengenai hal itu agar kita mau memikirkan betapa pahala itu terus bertambah bagi seseorang yang telah berwudhu, kemudian pergi ke masjid dengan niat semata-mata hendak mendirikan shalat berjamaah, setiap langkahnya mendapatkan pahala dan meng-hapuskan satu dosa.

Banu Salamah adalah suatu kabilah di Madinah Munawarah, rumah-rumah mereka umumnya jauh dari masjid Nabawi, oleh karena itu mereka berniat hendak pindah mendekati masjid. Tetapi Rasulullah saw. menasehati mereka dengan bersabda, ‘Tetaplah tinggal di sana, karena setiap langkahmu untuk pergi ke masjid akan dicatatkan satu pahala bagimu.”
Disebutkan dalam hadits lain, seseorang yang berwudhu dengan sem¬purna di rumahnya, kemudian keluar dari rumahnya untuk pergi ke masjid, bagaikan seorang yang telah memakai kain ihram di rumahnya, lalu keluar untuk mengerjakan ibadah hajji.

Selanjutnya dalam hadits itu juga Rasulullah saw. menjelaskan satu lagi amalan yang besar nilainya, yaitu ketika seseorang duduk di tempat shalatnya di dalam masjid setelah shalat fardhu (i’tikaf), para malaikat berdoa memo¬honkan ampunan dan rahmat untuknya. Malaikat adalah makhluk Allah Swt. yang maksum, niscaya doanya akan dikabulkan.

Muhammad bin Sama’ah adalah seorang ulama saleh yang terkenal. Beliau adalah murid dari Imam Muhamad rah.a. dan Imam Abu Yusuf rah.a.. Beliau meninggal dunia dalam usia 103 tahun, dalam usia selanjut itu beliau masih mampu melaksanakan shalat sunat sebanyak 200 rakaat setiap hari. Beliau berkata, “Selama 40 tahun tidak pernah tertinggal takbir yang pertama bersama imam dalam shalat berjamaah. Hanya sekali saya ketinggalan meng-ikuti takbir yang pertama dalam shalat berjamaah, yaitu ketika ibu saya meninggal dunia. Takbir yang pertama tertinggal karena saya sibuk dalam pengurusan jenazah ibu saya.” Diceritakan pula beliau pernah ketinggalan shalat berjamaah, karena beliau mengetahui, pahala shalat berjamaah itu 25 kali lebih utama, maka beliau mengulangi shalat sendirian selama 25 kali untuk mengganti kerugiannya. Dalam tidurnya beliau bermimpi seseorang berkata kepadanya, “Muhammad, kamu telah mengulangi shalatmu 25 kali, tetapi bagaimanakah dengan aminnya para malaikat?” Telah diceritakan dalam beberapa hadits, apabila Imam berkata amin setelah membaca Fatihah, para malaikat juga berkata amin. Dan apabila bacaan aminnya itu serentak bersamaan dengan aminnya para malaikat, maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu, dan hal ini hanya bisa terjadi dalam shalat berjamaah.

Oleh karena itu Maulana Abdul Hay rah.a. berkata, “Walaupun sese-orang terns melakukan shalat sendirian seribu kali, dia tidak akan mendapat berkah dari shalat berjamaah.” Dia bukan saja rugi karena tidak mengatakan amin bersamaan dengan para malaikat tetapi juga mendapatkan kerugian karena tidak mendapatkan berkah dari shalat berjamaah dan tidak mendapat bagian doa para malaikat setelah shalat. Selain keuntungan tersebut, masih banyak keuntungan lainnya yang akan kita peroleh dalam shalat berjamaah.

Akan tetapi perlu diingat, para ulama menulis bahwa doa para malaikat itu hanya bisa diperoleh apabila shalatnya dilakukan dengan sempurna. Apabila shalatnya itu dikerjakan dengan asal-asalan sehingga shalatnya itu seperti kain buruk yang akan dilemparkan ke wajahnya, bagaimana mungkin malaikat hendak mendoakannya?

Hadits ke-3
Abdulah bin Mas’ud r.a. berkata, “Barangsiapa yang ingin menemui Allah pada hari hisab sebagai seorang muslim, maka hendaknya dia menjaga shalat yang lima waktu di mana adzan dikumandangkan (yakni di masjid), karena Allah Swt. telah menunjukkan jalan-jalan untuk mendapatkan hidayah-Nya (Sunanul Huda) kepada Nabi kalian saw., dan shalat (ber¬jamaah) adalah salah satu sunanul huda. Apabila kalian shalat di rumah-rumah kalian seperti orang yang biasa mengakhir-akhirkan shalat dan mengerjakannya di rumah, berarti kalian telah meninggalkan sunnah Nabi saw., dan seandainya kalian meninggalkan sunnah Nabi saw. niscaya sesatlah kalian. Dan tiadalah seseorang yang berwudhu dengan sempurna lalu pergi ke salah satu masjid (untuk shalat berjamaah), melainkan Allah mencatat pada setiap langkah yang dilangkahkannya sebagai satu kebaikan (pahala), Allah mengangkat dengannya satu derajat, dan Allah menghapus baginya satu kesalahan (dosa). Sungguh saya telah melihat orang-orang di antara kami bahwa tidak ada seorang pun yang menunda-nunda shalat (dengan mengerjakannya di rumah) kecuali orang munafik yang telah jelas kemunafikannya. Dan sungguh pernah ada seorang lelaki (karena uzur) ia dipapah oleh dua orang untuk ditegakkan dalam shaf shalat berjamaah.”

Dalam satu riwayat disebutkan, “Sungguh saya telah melihat orang-orang di antara kami bahwa tiada seorang pun yang menunda-nunda shalat (dengan mengerjakannya di rumah) kecuali orang munafik yang telah jelas kemunafikannya atau orang yang sakit. Adakalanya seorang lelaki dipapah oleh dua orang sehingga ia bisa mendatangi shalat berjamaah, “Ibnu Mas’ud berkata, “Sesungguhnya Rasulullah saw. telah mengajarkan kepada kami sunanul huda, dan sesungguhnya shalat berjamaah di masjid adalah termasuk sunanul huda.” (Hr. Muslim, Abu Dawud, Nasai dan Ibnu Majah – at Targhib)’

Betapa teguhnya para sahabat r.a. menjaga shalat berjamaah sehingga orang yang uzurpun dibawa ke masjid dengan berbagai cara walaupun dua orang diperlukan untuk memapahnya. Amalan ini memang selalu dijaga oleh Rasulullah saw. dan para sahabatnya.

Adalah diberitakan, ketika Rasulullah saw. hampir wafat, beberapa kali beliau pingsan. Beliau baru berhasil mengambil wudhu setelah dicobanya beberapa kali walaupun beliau sudah tidak kuat untuk berdiri, beliau tetap pergi ke masjid dengan dibantu oleh Abbas r.a. dan seorang sahabat lain. Pada saat itu kaki Rasulullah saw. tidak bisa berdiri dengan tegak di atas tanah. Atas permintaan beliau, Abu Bakar r.a. menjadi imam shalat dan beliau sendiri menyertai para makmum. (Shahihain)

Abu Darda r.a. menceritakan, Rasulullah saw. pernah bersabda kepadanya, “Sembahlah Tuhanmu seolah-olah kamu melihat-Nya ada di depan matamu, anggaplah dirimu seolah-olah di kalangan orang yang mati (karena pada waktu seorang itu sudah mati maka dia tidak akan merasakan sedih dan gembira). waspadalah terhadap sumpah orang-orang yang dizalimi dan janganlah meninggalkan shalat Isya dan Shubuh berjamaah, walaupun untuk mendatanginya terpaksa hams merangkak-rangkak.”

Disebutkan dalam sebuah hadits lain bahwa shalat Isya dan Shubuh adalah berat bagi orang-orang munafik. Seandainya mereka paham pahala berjamaah, tentulah mereka akan pergi ke masjid dan menyertai shalat ber-jamaah walaupun harus dengan merangkak. (at Targhib)

Hadits ke-4
Anas bin Malik r.a. menceritakan, Rasulullah saw. bersabda, “Seseorang yang selalu shalat dengan berjamaah selama empat puluh hari tanpa tertinggal takbir yang pertama (bersama imam) akan mendapat dua jaminan: 1) diselamatkan dari neraka dan; 2) bebas dari sifat munafik.” (Hr. Tirmidzi – at Targhib)

Jika seseorang shalat berjamaah selama empat puluh hari, dan tidak pernah tertinggal takbiratul ula, yakni dari sejak imam mengucapkan takbir yang pertama, hal itu dianggap sudah mendapatkan takbiratul ula dalam shalat berjamaah, maka jaminannya dia tidak akan menjadi munafik dan tidak akan dimasukkan ke dalam neraka. Munafik adalah orang yang berpura-pura men-jadi muslim, tetapi hatinya kafir.

Empat puluh hari memiliki makna khusus sehingga dapat menyebabkan suatu perubahan. Pada mulanya kejadian manusia dalam kandungan adalah dalam waktu empat puluh hari. Dalam empat puluh hari yang pertama dari segumpal darah menjadi segumpal daging, empat puluh hari kemudian terjadi perubahan lainnya. Inilah yang menjadi tanda dan keutamaan empat puluh hari dalam hadits ini dan para ahli sufi telah mementingkan waktu empat puluh hari ini untuk melatih diri agar patuh kepada hukum hakam agama. Sungguh beruntung orang-orang yang tidak pernah tertinggal takbir yang pertama dalam shalat berjamaah yang sudah bertahun-tahun lamanya.

Hadits ke-5
Abu Hurairah r.a. berkata bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Seseorang yang berwudhu dengan sempurna, kemudian pergi ke masjid dan didapatinya orang-orang telah selesai shalat (berjamaah), maka dia akan menerima pahala sebanyak orang yang mengerjakan shalat berjamaah. tanpa mengu-rangi sedikitpun pahala mereka.” (Hr. Abu Uawud, Nasa i & Hakim – at Targhib)

Sesungguhnya ini adalah satu anugerah yang sangat besar dari Allah Swt., karena dengan usaha yang sangat sedikit, kita akan mendapatkan pa-hala shalat berjamaah, walaupun sebenarnya kita tidak mengikuti shalat ber-jamaah itu. Alangkah ruginya jika kita tidak mengambil bagian atas amal agama ini. Hadits ini juga menunjukkan, tidak seharusnya kita menangguh-nangguhkan pergi ke masjid untuk melakukan shalat berjamaah dengan beranggapan shalat berjamaah sudah selesai. Walaupun ternyata shalat berja-maah itu sudah selesai, kita akan mendapat pahala yang sama dengan shalat berjamaah. Namun tidak demikian apabila kita sudah mengetahui atau telah memastikan bahwa shalat berjamaah sudah selesai, memang tidak akan mendapatkan pahala shalat berjamaah.

Hadits ke-6
Qabats bin Asyyam Allaitsi r.a. berkata bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Shalatnya dua orang laki-laki yang diimami oleh salah seorang dari ke-duanya lebih disukai Allah daripada shalatnya empat orang secara sendiri-sendiri, shalatnya empat orang (berjamaah) lebih disukai Allah daripada shalatnya delapan orang secara sendiri-sendiri, dan shalatnya delapan orang (berjamaah) lebih disukai Allah daripada shalatnya seratus orang secara sendiri-sendiri.” (Hr. al Bazzar & Thabrani – at Targhib)

Dalam hadits lain dikatakan, “Suatu jamaah yang besar lebih disukai Allah Swt. daripada satu jamaah yang kecil.”
Sebagian dari kita beranggapan bahwa tidak ada salahnya mengadakan satu jamaah kecil di rumah masing-masing atau di toko-toko atau di kantor.

Ini adalah pendapat yang salah, selain rugi karena tidak mendapat pahala shalat di masjid, kita juga rugi karena tidak mendapat berkah shalat ber-jamaah. Semakin banyak jamaahnya semakin disukai Allah Swt. Apabila tujuan kita adalah untuk mencari keridhaan Allah Swt, mengapa kita tidak melakukan amal yang paling disukai oleh Allah Swt. ?
Diceritakan dalam sebuah hadits bahwa Allah Swt. sangat menyukai melihat tiga amal perbuatan, yaitu : 1) sebarisan orang yang shalat ber-jamaah; 2) seseorang yang sibuk melakukan shalat tahajud di tengah malam; 3) seseorang yang berjuang di jalan Allah. (Jami’ush Shaghir)

Hadits ke-7
Sahal bin Sa’ad as Sa’idi r.a. berkata, Rasulullah saw. bersabda, “Sampaikanlah berita gembira kepada mereka yang selalu berjalan ke masjid di malam yang gelap bahwa mereka akan mendapatkan cahaya yang sempurna di hari kiamat.” (Hr. Ibnu Majah, Ibnu Khuzaimah, & Hakim – at Targhib)
Pada hari ini kita tidak mengetahui pahala berjalan ke masjid pada malam hari, tetapi pada hari Kiamat nanti ketika manusia dalam keadaan panik, maka kita akan mengetahui bagaimana pahala pergi ke masjid pada malam gelap. Seseorang yang tidak menghiraukan susah payahnya pada malam yang gelap di dunia ini, akan diberi balasan lebih dari yang sepantasnya di akhirat nanti, yaitu akan diberi cahaya yang lebih terang dari cahaya matahari. Dalam hadits lain diberitakan, orang-orang yang demikian akan menduduki mimbar cahaya tanpa sedikitpun kesusahan sementara orang lain berada dalam kebingungan.

Dalam sebuah hadits disebutkan, pada hari Kiamat Allah Swt. akan bertanya, “Di manakah tetangga-tetangga-Ku?” Para malaikat akan bertanya “Siapakah tetangga-tetangga-Mu, ya Allah?” Allah Swt. akan menjawab, ‘Tetangga-tetangga-Ku adalah orang-orang yang senantiasa memakmurkan masjid.” Dalam hadits lain disebutkan, tempat yang paling disukai Allah Swt. di dunia ini adalah masjid, dan tempat yang paling dibenci-Nya adalah pasar. Dalam sebuah hadits lain masjid disebut sebagai ‘Taman Surga”. (Jami’ush Shaghir)

Dalam sebuah hadits yang shahih Abu Sa’id r.a. meriwayatkan bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Seseorang yang selalu pergi ke masjid, saksikanlah olehmu bahwa dia adalah seorang yang beriman.” Kemudian Nabi saw. membaca ayat di bawah ini:
“Sesungguhnya yang memakmurkan masjid-masjid Allah hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari akhirat.” (Qs. at Taubah ayat 18).

Dalam sebuah hadits disebutkan, “Berwudhu di saat kesulitan, kemudian berjalan ke masjid untuk melaksanakan shalat berjamaah, dan duduk di tempat shalatnya, maka dosa-dosanya akan diampuni.” Dalam hadits lain disebutkan, “Semakin jauh seseorang tinggal dari masjid, maka semakin banyak pahala yang diterimanya apabila dia pergi ke masjid.” Karena seorang yang datang dari jauh untuk pergi ke masjid, setiap langkahnya akan mendatangkan pahala.

Oleh karena inilah para sahabat r.a. sebagaimana disebutkan dalam sebuah riwayat, mereka suka memendekkan langkah-langkah mereka sewak-tu pergi ke masjid agar mendapatkan lebih banyak pahala. Hadits lain menye-butkan, “Ada tiga hal dalam dunia ini yang apabila orang-orang mengetahui pahalanya, niscaya mereka akan berlomba-lomba untuk mendapatkannya, yaitu : (1) adzan; (2) pergi ke masjid untuk shalat Zhuhur ketika matahari panas terik, dan (3) berada pada shaf pertama ketika shalat berjamaah.” (Jami’ush Shaghir).

Tujuh golongan orang yang akan ditempatkan di bawah naungan rahmat Allah Swt. pada hari Kiamat ketika semua orang berada dalam kebingungan di bawah panas matahari yang sangat menyengat. Salah satunya adalah yang hati sanubarinya terpaut kepada masjid. Apabila seseorang mendapatkan kesusahan, lalu ia segera pergi ke masjid, maka ia akan kembali dalam keadaan senang. Hadits lain menyebutkan, “Barangsiapa berpaling dari masjid, maka Allah Swt. akan berpaling darinya.” (Jami’ush Shaghir).

Setiap syariat yang diturunkan Allah Swt. adalah sumber kebaikan, keberkahan dan pahala yang tak terkira banyaknya serta akan memberi keuntungan yang tidak terbatas bagi siapa pun yang berpegang teguh kepadanya. Selain itu di balik syariat Allah tersebut terdapat hakikat kemaslahatan dan kebaikan yang tersembunyi. Apabila kita benar-benar meyakini bahwa setiap perintah-perintah yang diturunkan oleh Allah mengandung kemaslahatan bagi diri kita, lalu kita melaksanakan perintah-perintah tersebut semampu kita, maka kita akan mengetahui kemaslahatan apa yang diberikan Allah kepada kita. Akan tetapi sungguh sulit untuk memahami hakikat perintah Allah tersebut, karena tidak ada seorangpun yang mampu meliputi pengetahuan dan kebijaksanaan-Nya.

Banyak ulama yang telah mencoba menerangkan rahasia shalat berjamaah, tetapi penerangan mereka masih jauh untuk dapat mengung-kapkan rahasia-rahasia syariat Illahi ini.

Syah Waliullah Dehlavi (semoga Allah menerangi kuburnya) menulis dalam bukunya yang terkenal, Hujjatullahil Baligha menerangkan sebagai berikut:
“Untuk menyelamatkan umat dari berbagai adat istiadat yang merusak, tidak ada cara yang lebih baik kecuali menjalankan amalan-amalan agama sebagai kebiasaan di seluruh dunia dan menjadi cara hidup umat Islam secara menyeluruh yang dijalankan dengan penuh kebanggaan. Sehingga orang berlomba-lomba mengamalkannya, menjadi terbiasa dan mudah. Dengan demikian akan mustahil agama akan terpisahkan dari kehidupan umatnya. Jika hal ini dapat dicapai, maka kekurangan-kekurangan dalam ibadah yang lain akan dapat dilengkapi.

Tidak ada suatu amalan yang lebih tinggi nilainya serta lebih kuat dalilnya daripada shalat. Maka hal ini harus kita dakwahkan berulang-ulang kepada orang lain di seluruh dunia agar shalat dijadikan suatu kebiasaan dalam masyarakat. Di samping itu kita juga hendaklah mengadakan per-temuan besar atau ijtima untuk mengupayakan hal ini. Dalam pertemuan itu biasanya berkumpul berbagai macam orang dari kalangan masyarakat yang berbeda tingkat pengetahuan agamanya. Ada orang yang memiliki kemam-puan yang lebih dalam agama, ada yang baru mengenal agama, ada yang ikut-ikutan, ada yang masih memerlukan arahan, ajakan dan nasehat-nasehat, dan ada pula sebagian orang yang masih lemah keyakinannya, sehingga apabila shalat tidak dilakukan secara berjamaah, mungkin mereka akan meninggalkan shalat sama sekali. Dengan adanya pertemuan ini, orang yang tadinya enggan beribadah, dia akan bertemu dengan orang ahli ibadah, sehingga ia akan tertarik untuk mengikutinya. Orang yang tadinya malas beribadah akan bertemu dengan orang yang rajin beribadah, sehingga ia akan mengajaknya agar rajin beribadah. Orang yang jahil dalam agama akan bertemu dengan ulama, sehingga dia akan dibimbing oleh ulama tersebut untuk mengetahui cara beribadah yang benar kepada Allah Suit.. Ibarat emas yang dibawa kepada tukang emas, dia dapat membedakan mana emas yang asli dan mana yang palsu. Yang asli akan lebih menguatkan keyakinan mereka dan yang palsu akan dibuang.

Dalam menyelenggarakan pertemuan tersebut, hendaklah ada orang yang benar-benar mencintai Allah Swt. yang benar-benar khusyu, selalu memohon rahmat-Nya dan bertakwa kepada-Nya, dan benar-benar meng-hadapkan hati sanubari dan ruhnya kepada Allah Swt. semata. Dengan demikian, insya Allah akan mendatangkan pengaruh ajaib dalam hati mereka, sehingga akan menyebabkan turunnya keberkahan dan rahmat dari Allah Swt.
Inilah tujuan diadakannya umat Muhammad saw. yaitu untuk meninggikan kalimah Allah Swt. di atas yang lainnya dan untuk menegakkan perintah-perintah-Nya. Tujuan ini tidak akan tercapai jika seluruh umat Islam tidak mendirikan shalat sebagaimana cara yang dicontohkan oleh Rasulullah saw., yakni dengan berjamaah di masjid. Oleh karena itulah syariat Islam menitikberatkan shalat Jumat dan shalat berjamaah dengan menerangkan berkah dan rahmatnya yang akan didapat oleh orang yang mendirikannya, dan azab bila meninggalkannya.

Berkaitan dengan ibadah shalat ini, perhimpunan dibagi menjadi dua macam, yaitu; 1) perhimpunan untuk orang-orang dalam satu kabilah atau orang yang bermukim dalam satu kota kecil; dan 2) perhimpunan bagi orang-orang seluruh kota. Perhimpunan yang pertama dapat mudah dibentuk kapan saja, sedangkan perhimpunan yang kedua agak sukar. Untuk memenuhi perhimpunan yang pertama kita diperintahkan supaya berjamaah dalam setiap shalat fardhu lima kali sehari semalam, sedangkan untuk perhimpunan yang kedua, kita diperintahkan untuk mengadakan shalat Jumat berjamaah setiap satu pekan sekali.

Sumber 

0 komentar:

Post a Comment

 

My Blog List

Followers

Recommended Gadget

  • ads
  • ads
  • ads
  • ads

GAME GADGET Copyright © 2009 Gadget Blog is Designed by Ipietoon Sponsored by Online Business Journal